Glitter Text Generator at TextSpace.net

Selasa, 18 September 2012

Kaya dengan (Menulis) Buku, Mengapa Tidak?

Kaya dengan (Menulis) Buku, Mengapa Tidak?

Banyak orang kurang, bahkan tidak, percaya bahwa kekayaan dapat diperoleh dengan jalur nonprofesi. Banyak orang hanya memercayai bahwa kekayaan hanya dapat diperoleh dengan bekerja secara fisik sebagai karyawan dan atau pekerja lainnya. Sesungguhnya ada sebuah profesi yang dapat ditekuni dan dapat menghasilkan kekayaan tanpa batas tanpa diikuti kegiatan fisik. Profesi itu adalah menulis buku.

Kemarin (Senin, 28 Mei 2012), saya masih terlibat aktif dalam kegiatan Pendidikan dan Pelatihan di Kota Solo. Di sela-sela kegiatan, saya tetap berusaha meluangkan waktu untuk menulis dan menulis. Entahlah, saya begitu senang menulis. Seakan menulis itu telah menjadi sebuah kegiatan yang tak terpisahkan. Jika tak menulis barang sehari, rasanya jariku terasa sakit dan kepala serta pikiran terasa buntu. Buntutnya, saya pusing dan sulit tidur. Namun, saya dapat tidur pulas usai menulis beban pikiran tersebut.

Pada pagi hari itu, tiba-tiba saya mendapatkan kabar dari penerbit. Alhamdulillah, tiga buku terbaruku telah lahir. Ketiga buku itu adalah Bahasaku Bahasa Indonesia SMP Platinum Kelas 7, 8, dan 9. Karena berada di Solo, saya pun berusaha untuk berkunjung ke penerbit. Kebetulan penerbitku terletak di Solo dan tidak terlalu jauh dari hotel di mana saya menginap. Setiba di penerbit, saya pun langsung menuju showroom buku-buku baru. Dan sungguh saya dibuat terpesona. Ketiga bukuku tampak terpajang indah dan menarik di rak buku terbaru. Bahagianya hati ini….!!!
Jujur saja, tiga tahun terakhir, hampir 100% kebutuhanku dipenuhi dari royalti buku-buku yang pernah saya tulis. Semua kebutuhanku dibiayai dari honor sebagai penulis dan kadang dari kegiatan seminar kepenulisan. Kebetulan saya sering mendapat undangan untuk berbagi pengalaman kepenulisan buku. Ternyata, honor kegiatan itu terasa lumayan cukup untuk digunakan sekadar membiayai kebutuhan pribadi.
Berdasarkan pengalaman itulah, akhirnya saya berkesimpulan bahwa profesi penulis buku dapat digunakan sebagai alternatif profesi baru. Mengapa? Karena profesi penulis buku dapat digunakan sebagai tambang kekayaan. Apa saja kekayaan yang diperoleh dari profesi sebagai penulis buku?
Kaya Ilmu
Penulis buku pasti gemar membaca buku. Ia akan berusaha menelaah setiap buku yang dibeli dan dibacanya. Penulis buku akan berusaha menemukan kekurangan buku baru yang dibelinya. Selanjutnya, ia akan berusaha menggagas ide baru sebagai penyempurna buku-buku yang telah ada. Maka, kita pun akan dibuat malu jika sering membaca buku. Ternyata, keilmuan kita terasa amatlah dangkal. Dan rasa itu sering menghinggapi pikiran dan perasaan penulis buku. Semakin ilmu dicari semakin ditunjukkan ketidaktahuannya.
Kaya Kawan
Kadang, bahkan sering, saya mendapat pesan, telepon, komentar, inbox, dan perjumpaan dengan orang-orang “asing”. Pada awalnya, saya belum mengenal beliau-beliau itu. Namun, saya teramat kaget dan bahagia karena beliau adalah pengguna buku-bukuku. Buku ternyata dapat memererat persahabatan dan perkawanan dengan banyak orang meskipun belum dikenal pada awalnya. Indahnya persahabatan jika itu terjadi pada kesempatan tak terduga.
Kaya Kebaikan
Setiap buku berisi gagasan terbaik penulisnya. Ide itu mengalir dan tertulis untuk diberikan kepada pembaca. Jika ide itu berisi kebaikan, tentunya kebaikan itu akan mengalir deras kepada penulisnya. Mengapa? Karena setiap huruf akan menghasilkan satu kebaikan bagi penulis jika ia memiliki keikhlasan untuk itu. Maka, kita akan mudah menjumpai kesahajaan sang penulis. Tak mudah ia tersinggung dan murah pula ia berbagi.
Kaya Karier
Banyak PNS bingung karena kariernya mentok alias berhenti sebelum waktunya. Sebenarnya ia masih memiliki masa kerja yang lumayan lama. Namun, ia “dipaksa” dirinya untuk berhenti berkarier karena malas menulis. Begitu banyak relasi dan kolegaku mengeluhkan kondisi itu. Namun, kondisi itu tidak mungkin dikeluhkan penulis buku. Mengapa? karena setiap buku yang ditulis dan diterbitkan memiliki angka kredit yang teramat tinggi, berkisar 4-8 poin. Maka, wajarlah jika para penulis itu begitu mudah mencapai puncak karier karena ketekunannya menulis buku.
Kaya Harta
Memang saat ini saya sudah memiliki profesi tetap. Selain menjadi pendidik, saya tak mau berpangku tangan seraya hanya berharap gaji bulanan. Sejak saya menjadi PNS hingga kini, nyaris saya tak pernah mengetahui hitam-putih penggunaan uang gaji. Saya memiliki prinsip: suami berkewajiban untuk mencari nafkah dan istri bertugas membelanjakan hasil kerja suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Saya sering berpesan kepada istri, “Gaji suamimu segitu. Silakan gaji itu digunakan sebaik-baiknya dan dicukup-cukupkan. Jika terasa kurang, Insya Allah, saya akan menambahnya jika tersedia.” Dan saya memberikan tambahan dana untuk keuangan keluarga dari royalti buku.
Berdasarkan kelima kekayaan di atas, masihkah kita menyangsikan bahwa penulis buku hanyalah profesi ‘ecek-ecek’? Jika menulis buku benar-benar ditekuni, saya berkeyakinan bahwa kita dapat menjadi orang kaya dengan cukup mendapatkan passive income dari royalti buku. Kini, semua berpulang kepada kita. Tidak ada kata terlambat untuk memulai menjadi penulis buku. Mari...!!!
Teriring salam,
JOHAN WAHYUDI
Sumber: http://media.kompasiana.com/buku/2012/05/29/kaya-dengan-menulis-buku-mengapa-tidak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 18 September 2012

Kaya dengan (Menulis) Buku, Mengapa Tidak?

Kaya dengan (Menulis) Buku, Mengapa Tidak?

Banyak orang kurang, bahkan tidak, percaya bahwa kekayaan dapat diperoleh dengan jalur nonprofesi. Banyak orang hanya memercayai bahwa kekayaan hanya dapat diperoleh dengan bekerja secara fisik sebagai karyawan dan atau pekerja lainnya. Sesungguhnya ada sebuah profesi yang dapat ditekuni dan dapat menghasilkan kekayaan tanpa batas tanpa diikuti kegiatan fisik. Profesi itu adalah menulis buku.

Kemarin (Senin, 28 Mei 2012), saya masih terlibat aktif dalam kegiatan Pendidikan dan Pelatihan di Kota Solo. Di sela-sela kegiatan, saya tetap berusaha meluangkan waktu untuk menulis dan menulis. Entahlah, saya begitu senang menulis. Seakan menulis itu telah menjadi sebuah kegiatan yang tak terpisahkan. Jika tak menulis barang sehari, rasanya jariku terasa sakit dan kepala serta pikiran terasa buntu. Buntutnya, saya pusing dan sulit tidur. Namun, saya dapat tidur pulas usai menulis beban pikiran tersebut.

Pada pagi hari itu, tiba-tiba saya mendapatkan kabar dari penerbit. Alhamdulillah, tiga buku terbaruku telah lahir. Ketiga buku itu adalah Bahasaku Bahasa Indonesia SMP Platinum Kelas 7, 8, dan 9. Karena berada di Solo, saya pun berusaha untuk berkunjung ke penerbit. Kebetulan penerbitku terletak di Solo dan tidak terlalu jauh dari hotel di mana saya menginap. Setiba di penerbit, saya pun langsung menuju showroom buku-buku baru. Dan sungguh saya dibuat terpesona. Ketiga bukuku tampak terpajang indah dan menarik di rak buku terbaru. Bahagianya hati ini….!!!
Jujur saja, tiga tahun terakhir, hampir 100% kebutuhanku dipenuhi dari royalti buku-buku yang pernah saya tulis. Semua kebutuhanku dibiayai dari honor sebagai penulis dan kadang dari kegiatan seminar kepenulisan. Kebetulan saya sering mendapat undangan untuk berbagi pengalaman kepenulisan buku. Ternyata, honor kegiatan itu terasa lumayan cukup untuk digunakan sekadar membiayai kebutuhan pribadi.
Berdasarkan pengalaman itulah, akhirnya saya berkesimpulan bahwa profesi penulis buku dapat digunakan sebagai alternatif profesi baru. Mengapa? Karena profesi penulis buku dapat digunakan sebagai tambang kekayaan. Apa saja kekayaan yang diperoleh dari profesi sebagai penulis buku?
Kaya Ilmu
Penulis buku pasti gemar membaca buku. Ia akan berusaha menelaah setiap buku yang dibeli dan dibacanya. Penulis buku akan berusaha menemukan kekurangan buku baru yang dibelinya. Selanjutnya, ia akan berusaha menggagas ide baru sebagai penyempurna buku-buku yang telah ada. Maka, kita pun akan dibuat malu jika sering membaca buku. Ternyata, keilmuan kita terasa amatlah dangkal. Dan rasa itu sering menghinggapi pikiran dan perasaan penulis buku. Semakin ilmu dicari semakin ditunjukkan ketidaktahuannya.
Kaya Kawan
Kadang, bahkan sering, saya mendapat pesan, telepon, komentar, inbox, dan perjumpaan dengan orang-orang “asing”. Pada awalnya, saya belum mengenal beliau-beliau itu. Namun, saya teramat kaget dan bahagia karena beliau adalah pengguna buku-bukuku. Buku ternyata dapat memererat persahabatan dan perkawanan dengan banyak orang meskipun belum dikenal pada awalnya. Indahnya persahabatan jika itu terjadi pada kesempatan tak terduga.
Kaya Kebaikan
Setiap buku berisi gagasan terbaik penulisnya. Ide itu mengalir dan tertulis untuk diberikan kepada pembaca. Jika ide itu berisi kebaikan, tentunya kebaikan itu akan mengalir deras kepada penulisnya. Mengapa? Karena setiap huruf akan menghasilkan satu kebaikan bagi penulis jika ia memiliki keikhlasan untuk itu. Maka, kita akan mudah menjumpai kesahajaan sang penulis. Tak mudah ia tersinggung dan murah pula ia berbagi.
Kaya Karier
Banyak PNS bingung karena kariernya mentok alias berhenti sebelum waktunya. Sebenarnya ia masih memiliki masa kerja yang lumayan lama. Namun, ia “dipaksa” dirinya untuk berhenti berkarier karena malas menulis. Begitu banyak relasi dan kolegaku mengeluhkan kondisi itu. Namun, kondisi itu tidak mungkin dikeluhkan penulis buku. Mengapa? karena setiap buku yang ditulis dan diterbitkan memiliki angka kredit yang teramat tinggi, berkisar 4-8 poin. Maka, wajarlah jika para penulis itu begitu mudah mencapai puncak karier karena ketekunannya menulis buku.
Kaya Harta
Memang saat ini saya sudah memiliki profesi tetap. Selain menjadi pendidik, saya tak mau berpangku tangan seraya hanya berharap gaji bulanan. Sejak saya menjadi PNS hingga kini, nyaris saya tak pernah mengetahui hitam-putih penggunaan uang gaji. Saya memiliki prinsip: suami berkewajiban untuk mencari nafkah dan istri bertugas membelanjakan hasil kerja suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Saya sering berpesan kepada istri, “Gaji suamimu segitu. Silakan gaji itu digunakan sebaik-baiknya dan dicukup-cukupkan. Jika terasa kurang, Insya Allah, saya akan menambahnya jika tersedia.” Dan saya memberikan tambahan dana untuk keuangan keluarga dari royalti buku.
Berdasarkan kelima kekayaan di atas, masihkah kita menyangsikan bahwa penulis buku hanyalah profesi ‘ecek-ecek’? Jika menulis buku benar-benar ditekuni, saya berkeyakinan bahwa kita dapat menjadi orang kaya dengan cukup mendapatkan passive income dari royalti buku. Kini, semua berpulang kepada kita. Tidak ada kata terlambat untuk memulai menjadi penulis buku. Mari...!!!
Teriring salam,
JOHAN WAHYUDI
Sumber: http://media.kompasiana.com/buku/2012/05/29/kaya-dengan-menulis-buku-mengapa-tidak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar