Dahsyatnya Manfaat Menulis untuk Dakwah
Menulis merupakan pekerjaan yang gampang-gampang susah.
Gampang dilakukan dari sisi lahiriyah yang hanya melibatkan anggota badan, mata,
dan tangan, akan tetapi sangat susah untuk menghimpun dan menyampaikan sebuah
ide secara lugas dan tuntas dengan didukung oleh opini yang rasional dan
bukti-bukti yang faktual.
“Tak ada resep yang lebih baik menjadi penulis, kecuali
dengan menulis sekarang juga.”
“Penulis yang berbakat gagal menemukan banyak alasan untuk
tidak memulai tulisannya.”
“Sementara orang-orang yang berbakat sukses, selalu
menemukan energi setiap kali gagal.”
“Seringkali yang membuat pena terhenti menuangkan kata adalah
keinginan untuk melahirkan tulisan yang banyak disanjung orang. Sementara yang
memecah kebuntuan adalah sikap apa adanya dalam menuturkan kebenaran.”
Untuk menjelaskan definisi sebuah kata saja kadang harus
membuka beberapa kamus, ensiklopedia dan buku-buku terkait. Apalagi kalau di
kalangan para ilmuwan sendiri muncul perbedaan pendapat. Nah di sini orang yang
akan menulis harus harus mengambil posisi yang jelas, memihak A, memihak B atau
netral.
Ada banyak faktor yang berpengaruh sehingga orang tidak suka
menulis dan tidak terbiasa menulis. Yang pertama adalah skill dalam arti
kemampuan dan ketrampilan menulis yang lemah. Jangan dikira menulis tidak
memerlukan ketrampilan, asal coret saja sudah jadi. Tidak, yang sebenarnya
tidak demikian. Dalam menulis ada keterlibatan unsur kognitif dan psikomotor,
bahkan afektif. Unsur kognitif memang menonjol, maka orang yang tidak banyak
ilmu tidak akan dapat menulis. Padahal bangunan ilmu yang tersusun di dalam
otak kita terbentuk dalam waktu yang lama, maka sangat beralasan kalau tidak
ada anak kecil yang pandai menulis. Disamping tingkat keilmuan yang rendah,
masalah skill dalam menulis yang lemah menyebabkan orang-orang pintar tidak mau
menulis.
Faktor berikutnya adalah will, yakni kemauan atau keinginan.
Banyak orang yang kemauannya untuk melakukan sesuatu pekerjaan sangat lemah
atau tidak ada sama sekali, karena tidak mengerti manfaat perkerjaan itu. Ambil
saja contoh sedekah. Banyak orang yang malas bersedekah, karena nggak paham
hakekat sedekah, nggak ngarti manfaat sedekah bagi dirinya. Kalau dia bisa
melihat akherat tentu akan berlomba-lomba sedekah. Rasulullah SAW berwasiat
tangan di atas lebh baik dari tangan di bawah. Begitu pula dengan dakwah,
banyak orang yang malas berdakwah karena tidak paham manfaatnya. Padahal dengan
dakwah inilah kita dapat menyelamatkan ribuan, jutaan, bahkan miliaran jiwa
dari siksa api neraka. Sehingga Allah sendiri menilai dakwah sebagai pekerjaan
yang paling mulia (QS 41: 33).
Begitu juga menulis, banyak orang tidak mau menulis karena
tidak paham manfaat menulis. Padahal jelas dalam dunia dakwah, menulis itu
bagian dari dakwah dan membaca itu termasuk kelompok orang yang didakwahi. Nah,
baru tahu kan? Masa mau jadi pelengkap penderita terus, didakwahi terus,
disantuni terus.
Maunya yang enteng-enteng terus, membaca. Nggak mau
mengangkat yang agak berat, menulis. Dahwah friend,
dakwah. Bukan mendadak bilang wah berat dong. Katakan, it’s an honor to me to get involved in dakwah. Kalau perang butuh
pasukan, dakwah di dunia nyata butuh pasukan, dakwah di dunia maya (internet
misalnya) juga butuh pasukan tentu yang pandai menulis.
Manfaat menulis yang lain adalah untuk menyampaikan
informasi, berita, peringatan dan sejenisnya. Dalam dunia modern orang pintar
lebih memilih majalah berita, radio berita dan TV berita, karena media inilah
yang membikin mereka tidak ketinggalan jaman. Membikin orang semakin pintar, selalu
dapat mengikuti perkembangan yang terjadi di sekitar mereka, di negara mereka
bahkan di dunia. Berbeda dengan majalah, radio dan televisi hiburan yang
membius kita dengan kenikmatan sensual.
Menulis juga merupakan satu cara untuk mengajar dan mendidik
orang lain. Dalam hal ini penulis tidak hanya sekedar menyampaikan berita saja
untuk diterima, tetapi juga menyampaikan
analisa untuk dicerna orang lain. Nah, yang begini ini yang lebih sulit dari
yang sebelumnya.
Tapi kalau kita sudah melangkah dalam tataran menyampaikan
berita, itu sudah merupakan satu langkah yang indah. Langkah berikutnya akan
lebih mudah. Rasulullah saw mengingatkan bahwa kalau kita mengamalkan suatu
ilmu, maka Allah akan membukakan ilmu-ilmu baru. Nah, kan? Nggak mau menulis,
maka nggak akan dibukakan ilmu-ilmu baru yang terkait dengan tulis menulis.
Menulis juga merupakan salah sau cara untuk memengaruhi
opini orang lain. Baik dalam bentuk media cetak (buku, majalah, surat kabar)
maupun elektronik (software, CD,
internet dll), menulis sama-sama memiliki kakuatan yang dahsyat untuk mengubah
pola pikir orang yang membacanya. Maka tidaklah mengherankan bila Rasulullah SAW
bersabda seperti dalam hadist yang dikutip di atas. Penjelasan dalam bentuk
tulisan juga dapat menjadi sihir yang dapat membelokkan pikiran orang lain.
Lihatlah kekuatan sihir Al Qur’an yang telah berhasil membelokkan manusia dari jalan
sesat menuju jalan yang benar.
Demikian dahsyatnya kemampuan tulisan untuk memengaruhi
orang lain, maka sebaiknya kita suka menulis untuk memengaruhi banyak orang
agar berakhlak karimah. Untuk para da’i jangan hanya bicara, tetapi juga
menulislah. Kata-kata hanya mempengaruhi sebagian orang yang mendengar, namun
tulisan dapat mempengaruhi jutaan orang yang membacanya dari generasi ke
generasi.
Last but not least,
bagi penulisnya sendiri, menulis itu merupakan bagian dari proses belajar
mengajar. Orang yang menulis disamping mengajar orang lain, dalam proses
penulisan itu dia juga akan banyak belajar. Banyak buka buku, Al Qur’an, Al
Hadist dll. Maka tidak heran disamping dia membikin orang lain menjadi pintar
dia sendiri akan semakin bertambah pintar.
ZULFIKAR ABDURRAHMAN
Sumber: http://www.mta-online.com/2009/07/17/dahsyatnya-menulis-untuk-dakwah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar