Glitter Text Generator at TextSpace.net

Selasa, 18 September 2012

Dahsyatnya Manfaat Menulis untuk Dakwah

Dahsyatnya Manfaat Menulis untuk Dakwah

Nabi saw bersabda: Sesungguhnya sebagian dari penjelasan itu benar-benar sihir. (HR Bukhari).

Menulis merupakan pekerjaan yang gampang-gampang susah. Gampang dilakukan dari sisi lahiriyah yang hanya melibatkan anggota badan, mata, dan tangan, akan tetapi sangat susah untuk menghimpun dan menyampaikan sebuah ide secara lugas dan tuntas dengan didukung oleh opini yang rasional dan bukti-bukti yang faktual.

“Tak ada resep yang lebih baik menjadi penulis, kecuali dengan menulis sekarang juga.”
“Penulis yang berbakat gagal menemukan banyak alasan untuk tidak memulai tulisannya.”
“Sementara orang-orang yang berbakat sukses, selalu menemukan energi setiap kali gagal.”
“Seringkali yang membuat pena terhenti menuangkan kata adalah keinginan untuk melahirkan tulisan yang banyak disanjung orang. Sementara yang memecah kebuntuan adalah sikap apa adanya dalam menuturkan kebenaran.”
Untuk menjelaskan definisi sebuah kata saja kadang harus membuka beberapa kamus, ensiklopedia dan buku-buku terkait. Apalagi kalau di kalangan para ilmuwan sendiri muncul perbedaan pendapat. Nah di sini orang yang akan menulis harus harus mengambil posisi yang jelas, memihak A, memihak B atau netral.
Ada banyak faktor yang berpengaruh sehingga orang tidak suka menulis dan tidak terbiasa menulis. Yang pertama adalah skill dalam arti kemampuan dan ketrampilan menulis yang lemah. Jangan dikira menulis tidak memerlukan ketrampilan, asal coret saja sudah jadi. Tidak, yang sebenarnya tidak demikian. Dalam menulis ada keterlibatan unsur kognitif dan psikomotor, bahkan afektif. Unsur kognitif memang menonjol, maka orang yang tidak banyak ilmu tidak akan dapat menulis. Padahal bangunan ilmu yang tersusun di dalam otak kita terbentuk dalam waktu yang lama, maka sangat beralasan kalau tidak ada anak kecil yang pandai menulis. Disamping tingkat keilmuan yang rendah, masalah skill dalam menulis yang lemah menyebabkan orang-orang pintar tidak mau menulis.
Faktor berikutnya adalah will, yakni kemauan atau keinginan. Banyak orang yang kemauannya untuk melakukan sesuatu pekerjaan sangat lemah atau tidak ada sama sekali, karena tidak mengerti manfaat perkerjaan itu. Ambil saja contoh sedekah. Banyak orang yang malas bersedekah, karena nggak paham hakekat sedekah, nggak ngarti manfaat sedekah bagi dirinya. Kalau dia bisa melihat akherat tentu akan berlomba-lomba sedekah. Rasulullah SAW berwasiat tangan di atas lebh baik dari tangan di bawah. Begitu pula dengan dakwah, banyak orang yang malas berdakwah karena tidak paham manfaatnya. Padahal dengan dakwah inilah kita dapat menyelamatkan ribuan, jutaan, bahkan miliaran jiwa dari siksa api neraka. Sehingga Allah sendiri menilai dakwah sebagai pekerjaan yang paling mulia (QS 41: 33).
Begitu juga menulis, banyak orang tidak mau menulis karena tidak paham manfaat menulis. Padahal jelas dalam dunia dakwah, menulis itu bagian dari dakwah dan membaca itu termasuk kelompok orang yang didakwahi. Nah, baru tahu kan? Masa mau jadi pelengkap penderita terus, didakwahi terus, disantuni terus.
Maunya yang enteng-enteng terus, membaca. Nggak mau mengangkat yang agak berat, menulis. Dahwah friend, dakwah. Bukan mendadak bilang wah berat dong. Katakan, it’s an honor to me to get involved in dakwah. Kalau perang butuh pasukan, dakwah di dunia nyata butuh pasukan, dakwah di dunia maya (internet misalnya) juga butuh pasukan tentu yang pandai menulis.
Manfaat menulis yang lain adalah untuk menyampaikan informasi, berita, peringatan dan sejenisnya. Dalam dunia modern orang pintar lebih memilih majalah berita, radio berita dan TV berita, karena media inilah yang membikin mereka tidak ketinggalan jaman. Membikin orang semakin pintar, selalu dapat mengikuti perkembangan yang terjadi di sekitar mereka, di negara mereka bahkan di dunia. Berbeda dengan majalah, radio dan televisi hiburan yang membius kita dengan kenikmatan sensual.
Menulis juga merupakan satu cara untuk mengajar dan mendidik orang lain. Dalam hal ini penulis tidak hanya sekedar menyampaikan berita saja untuk  diterima, tetapi juga menyampaikan analisa untuk dicerna orang lain. Nah, yang begini ini yang lebih sulit dari yang sebelumnya.
Tapi kalau kita sudah melangkah dalam tataran menyampaikan berita, itu sudah merupakan satu langkah yang indah. Langkah berikutnya akan lebih mudah. Rasulullah saw mengingatkan bahwa kalau kita mengamalkan suatu ilmu, maka Allah akan membukakan ilmu-ilmu baru. Nah, kan? Nggak mau menulis, maka nggak akan dibukakan ilmu-ilmu baru yang terkait dengan tulis menulis.
Menulis juga merupakan salah sau cara untuk memengaruhi opini orang lain. Baik dalam bentuk media cetak (buku, majalah, surat kabar) maupun elektronik (software, CD, internet dll), menulis sama-sama memiliki kakuatan yang dahsyat untuk mengubah pola pikir orang yang membacanya. Maka tidaklah mengherankan bila Rasulullah SAW bersabda seperti dalam hadist yang dikutip di atas. Penjelasan dalam bentuk tulisan juga dapat menjadi sihir yang dapat membelokkan pikiran orang lain. Lihatlah kekuatan sihir Al Qur’an yang telah berhasil membelokkan manusia dari jalan sesat menuju jalan yang benar.
Demikian dahsyatnya kemampuan tulisan untuk memengaruhi orang lain, maka sebaiknya kita suka menulis untuk memengaruhi banyak orang agar berakhlak karimah. Untuk para da’i jangan hanya bicara, tetapi juga menulislah. Kata-kata hanya mempengaruhi sebagian orang yang mendengar, namun tulisan dapat mempengaruhi jutaan orang yang membacanya dari generasi ke generasi.
Last but not least, bagi penulisnya sendiri, menulis itu merupakan bagian dari proses belajar mengajar. Orang yang menulis disamping mengajar orang lain, dalam proses penulisan itu dia juga akan banyak belajar. Banyak buka buku, Al Qur’an, Al Hadist dll. Maka tidak heran disamping dia membikin orang lain menjadi pintar dia sendiri akan semakin bertambah pintar.
ZULFIKAR ABDURRAHMAN
Sumber: http://www.mta-online.com/2009/07/17/dahsyatnya-menulis-untuk-dakwah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 18 September 2012

Dahsyatnya Manfaat Menulis untuk Dakwah

Dahsyatnya Manfaat Menulis untuk Dakwah

Nabi saw bersabda: Sesungguhnya sebagian dari penjelasan itu benar-benar sihir. (HR Bukhari).

Menulis merupakan pekerjaan yang gampang-gampang susah. Gampang dilakukan dari sisi lahiriyah yang hanya melibatkan anggota badan, mata, dan tangan, akan tetapi sangat susah untuk menghimpun dan menyampaikan sebuah ide secara lugas dan tuntas dengan didukung oleh opini yang rasional dan bukti-bukti yang faktual.

“Tak ada resep yang lebih baik menjadi penulis, kecuali dengan menulis sekarang juga.”
“Penulis yang berbakat gagal menemukan banyak alasan untuk tidak memulai tulisannya.”
“Sementara orang-orang yang berbakat sukses, selalu menemukan energi setiap kali gagal.”
“Seringkali yang membuat pena terhenti menuangkan kata adalah keinginan untuk melahirkan tulisan yang banyak disanjung orang. Sementara yang memecah kebuntuan adalah sikap apa adanya dalam menuturkan kebenaran.”
Untuk menjelaskan definisi sebuah kata saja kadang harus membuka beberapa kamus, ensiklopedia dan buku-buku terkait. Apalagi kalau di kalangan para ilmuwan sendiri muncul perbedaan pendapat. Nah di sini orang yang akan menulis harus harus mengambil posisi yang jelas, memihak A, memihak B atau netral.
Ada banyak faktor yang berpengaruh sehingga orang tidak suka menulis dan tidak terbiasa menulis. Yang pertama adalah skill dalam arti kemampuan dan ketrampilan menulis yang lemah. Jangan dikira menulis tidak memerlukan ketrampilan, asal coret saja sudah jadi. Tidak, yang sebenarnya tidak demikian. Dalam menulis ada keterlibatan unsur kognitif dan psikomotor, bahkan afektif. Unsur kognitif memang menonjol, maka orang yang tidak banyak ilmu tidak akan dapat menulis. Padahal bangunan ilmu yang tersusun di dalam otak kita terbentuk dalam waktu yang lama, maka sangat beralasan kalau tidak ada anak kecil yang pandai menulis. Disamping tingkat keilmuan yang rendah, masalah skill dalam menulis yang lemah menyebabkan orang-orang pintar tidak mau menulis.
Faktor berikutnya adalah will, yakni kemauan atau keinginan. Banyak orang yang kemauannya untuk melakukan sesuatu pekerjaan sangat lemah atau tidak ada sama sekali, karena tidak mengerti manfaat perkerjaan itu. Ambil saja contoh sedekah. Banyak orang yang malas bersedekah, karena nggak paham hakekat sedekah, nggak ngarti manfaat sedekah bagi dirinya. Kalau dia bisa melihat akherat tentu akan berlomba-lomba sedekah. Rasulullah SAW berwasiat tangan di atas lebh baik dari tangan di bawah. Begitu pula dengan dakwah, banyak orang yang malas berdakwah karena tidak paham manfaatnya. Padahal dengan dakwah inilah kita dapat menyelamatkan ribuan, jutaan, bahkan miliaran jiwa dari siksa api neraka. Sehingga Allah sendiri menilai dakwah sebagai pekerjaan yang paling mulia (QS 41: 33).
Begitu juga menulis, banyak orang tidak mau menulis karena tidak paham manfaat menulis. Padahal jelas dalam dunia dakwah, menulis itu bagian dari dakwah dan membaca itu termasuk kelompok orang yang didakwahi. Nah, baru tahu kan? Masa mau jadi pelengkap penderita terus, didakwahi terus, disantuni terus.
Maunya yang enteng-enteng terus, membaca. Nggak mau mengangkat yang agak berat, menulis. Dahwah friend, dakwah. Bukan mendadak bilang wah berat dong. Katakan, it’s an honor to me to get involved in dakwah. Kalau perang butuh pasukan, dakwah di dunia nyata butuh pasukan, dakwah di dunia maya (internet misalnya) juga butuh pasukan tentu yang pandai menulis.
Manfaat menulis yang lain adalah untuk menyampaikan informasi, berita, peringatan dan sejenisnya. Dalam dunia modern orang pintar lebih memilih majalah berita, radio berita dan TV berita, karena media inilah yang membikin mereka tidak ketinggalan jaman. Membikin orang semakin pintar, selalu dapat mengikuti perkembangan yang terjadi di sekitar mereka, di negara mereka bahkan di dunia. Berbeda dengan majalah, radio dan televisi hiburan yang membius kita dengan kenikmatan sensual.
Menulis juga merupakan satu cara untuk mengajar dan mendidik orang lain. Dalam hal ini penulis tidak hanya sekedar menyampaikan berita saja untuk  diterima, tetapi juga menyampaikan analisa untuk dicerna orang lain. Nah, yang begini ini yang lebih sulit dari yang sebelumnya.
Tapi kalau kita sudah melangkah dalam tataran menyampaikan berita, itu sudah merupakan satu langkah yang indah. Langkah berikutnya akan lebih mudah. Rasulullah saw mengingatkan bahwa kalau kita mengamalkan suatu ilmu, maka Allah akan membukakan ilmu-ilmu baru. Nah, kan? Nggak mau menulis, maka nggak akan dibukakan ilmu-ilmu baru yang terkait dengan tulis menulis.
Menulis juga merupakan salah sau cara untuk memengaruhi opini orang lain. Baik dalam bentuk media cetak (buku, majalah, surat kabar) maupun elektronik (software, CD, internet dll), menulis sama-sama memiliki kakuatan yang dahsyat untuk mengubah pola pikir orang yang membacanya. Maka tidaklah mengherankan bila Rasulullah SAW bersabda seperti dalam hadist yang dikutip di atas. Penjelasan dalam bentuk tulisan juga dapat menjadi sihir yang dapat membelokkan pikiran orang lain. Lihatlah kekuatan sihir Al Qur’an yang telah berhasil membelokkan manusia dari jalan sesat menuju jalan yang benar.
Demikian dahsyatnya kemampuan tulisan untuk memengaruhi orang lain, maka sebaiknya kita suka menulis untuk memengaruhi banyak orang agar berakhlak karimah. Untuk para da’i jangan hanya bicara, tetapi juga menulislah. Kata-kata hanya mempengaruhi sebagian orang yang mendengar, namun tulisan dapat mempengaruhi jutaan orang yang membacanya dari generasi ke generasi.
Last but not least, bagi penulisnya sendiri, menulis itu merupakan bagian dari proses belajar mengajar. Orang yang menulis disamping mengajar orang lain, dalam proses penulisan itu dia juga akan banyak belajar. Banyak buka buku, Al Qur’an, Al Hadist dll. Maka tidak heran disamping dia membikin orang lain menjadi pintar dia sendiri akan semakin bertambah pintar.
ZULFIKAR ABDURRAHMAN
Sumber: http://www.mta-online.com/2009/07/17/dahsyatnya-menulis-untuk-dakwah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar